Mendadak Menulis Naskah

SELASI – CERITA SELASI, MENDADAK MENULIS NASKAH

Fitri Andyaswuri

Konselor Menyusui dan Konselor PMBA Selasi

“Kakak, kalau sesi 30 itu ada naskah role play-nya mungkin bisa membantu para peserta pelatihan,” laki-laki yang kupanggil Bang Pandi itu tetiba berkata padaku sore tadi. Aku yang sedang membereskan barang-barangku setelah semua sesi pelatihan hari ini selesai, terdiam sejenak, dan menatapnya. Tatapanku jatuh pada segelas kopi panas yang mengepul di tangannya. Wangi kopi menguar di ruangan.

“Kadang tidak semua peserta siap untuk berimprovisasi di depan kelas Kak. Apalagi tahu kalau sedang dinilai. Yang penting mereka paham dulu sesi itu,” imbuh Bang Pandi, salah satu Course Director di Selasi. Hari ini aku menjadi salah satu peserta Training of Trainer Pelatihan Konseling Menyusui di kantor Selasi.

“Lalu maksud Abang, saya yang harus buat naskahnya gitu?” tanyaku cepat sambil cemberut.  Kulanjutkan mengemasi dan memasukkan barang-barangku ke dalam tas. Hari makin sore.

“Iya dicobalah ya kakak,”bujuknya.

“Aku tidak yakin mampu membuatnya Bang,” elakku. Kubayangkan waktu istirahatku yang akan terpotong karena harus memikirkan dan menuliskan naskah yang dimintanya.

“Nah tuliskan saja pengalaman Kakak ketika konseling membantu ibu bekerja,” makin semangat membujukku.

“Supaya peserta mendapat gambaran konseling membantu ibu bekerja. Kalau mereka bisa improvisasi, naskah tak perlulah dipakai role play sesi itu. Untuk emergency saja,” lanjutnya.

Aku menarik nafas panjang. Barang-barangku sudah rapi di dalam tas. Kupakai sepatuku, berpamitan padanya dan beberapa orang yang masih belum pulang dari kantor yang menjadi tempat pelatihan itu.

“Kak,” panggilnya lagi.

“Baiklah Bang, kucoba sebisaku ya. Nanti malam kukirim via imel ke Abang, lalu Abang koreksilah. Abang edit bagaimana baiknya naskah itu ya” jawabku malas sambil keluar dari pintu kantor itu.

“Nah begitu dong, kukirim alamat imelku ya,” balasnya sambil tersenyum.

—–

Kukumpulkan ingatanku akan beberapa proses konseling membantu ibu bekerja. Kutatap layar laptopku sekali lagi. Sudah selesai kuketik naskah role play yang diminta Bang Pandi.  Pun sudah kubaca berulang kali. Malam makin larut dan tubuh makin lelah.

NASKAH SKENARIO ROLE PLAY MENYUSUI DAN IBU BEKERJA

Bidan (bid) : selamat sore ibu Sopi, apa kabar?

Ibu Sopi (IS) : sore bu bidan.

Bid : wah adek bayi cakepnya, siapa namanya ?

IS : Joko bu bidan.

Bid : berapa sekarang umurnya?

IS : 4 minggu

Bid : bagaimana makan dan minumnya Joko ?

IS : asi saja bu bidan.

Bid : hebat ibu Sopi, semangat untuk asi saja sampai 6 bulan ya..

IS : iya, tp saya bingung Bu, bulan depan saya sudah mulai masuk kerja lagi. Saya mau kasih Joko susu botol saja waktu saya tinggal kerja

Bid : o jadi ibu Sopi merasa bingung bagaimana untuk menyusui Joko karena harus bekerja lagi?

IS : iya Bu bidan. Saya kepingin banget tetap nyusuin Joko supaya sehat. Dua  kakaknya Joko dapat asi hanya sampai 6 minggu saja, sekarang sering sakit.

Bid : hmmm

IS : saya sebetulnya sedih harus berhenti menyusui, rasanya jadi nggak dekat sama anak.

Bid : memang sedih ya bu rasanya kalau merasa kedekatan dengan anak melalui menyusui terputus

IS : iya Bu, apalagi kata teman saya sebetulnya banyak ibu bekerja yang tetap bisa memberikan ASI. Gimana caranya ya Bu

Bid : saya salut dengan semangat ibu untuk tetap menyusui Joko. Memerah ASI membantu ibu bekerja untuk tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya

IS : Bagaimana caranya? dipompa ya bu?

Bid : pengosongan payudara bisa dilakukan dengan tangan maupun memakai pompa. Begini bu caranya (bidan mempraktikkan langkah-langkah memerah payudara pakai tangan).

IS : tapi saya juga takut asi saya merembes bu, khan jadinya bau. Malu-maluin deh bu.  Saya nggak enak sama teman-teman di toko, sama pelanggan, dan terutama sama juragan saya.

Bid : bu Sopi merasa khawatir kalau ASI merembes, hmmm. Mengosongkan asi secara rutin akan mencegah asi merembes Bu.

IS : di toko saya tidak ada tempat untuk memompa asi, juga belum tentu diijinkan oleh juragan kalau saya sering-sering pamit ke belakang untuk memompa asi

Bid : memerah asi merupakan hak setiap ibu bekerja. Ada aturannya bu Sopi. Hak ibu untuk menyusui dilindungi hukum. Untuk tempat memerah, coba juga matur, tanya, atau minta ijin ke juragannya. Yang penting bukan di kamar mandi, tertutup, dan Bu Sopi merasa aman untuk memerah. Bisa juga Bu Sopi memakai selendang atau atasan mukena ketika memerah untuk menutupi tubuh, kalau ruangannya terbuka.

IS : jadi saya harus bilang minta ijin ke juragan ya Bu Bidan? Tapi saya takut malah dipecat bu.

Bid : Ibu khawatir kehilangan pekerjaan karena mempertahankan menyusui ?

IS : iya apalagi pendapatan suami saya tidak seberapa untuk menghidupi 3 anak kami.

Bid : wah ibu Sopi memang hebat ya, tetap semangat memberi ASI walaupun banyak tantangan. Memerah ASI dapat dilakukan dengan cepat.

IS : terus ASI perahnya digimanain bu bidan ?

Bid : dalam suhu ruang sampai 29derajad celcius, ASI bertahan sampai kurang lebih 6 jam. Bila disimpan dalam kulkas, bisa lebih awet.

IS : saya nggak punya kulkas bu bidan

Bid : oo begitu ya. Atau adakah keluarga yang bisa menjemput ASI perah ke toko?

IS : walaupun rumah saya dekat dari toko, tapi tidak ada keluarga yang bisa ambil ASI perah ke toko. Di rumah hanya ada adik saya yang menjaga anak-anak saya ketika saya bekerja. Kalau saya pulang untuk mengantar ASI perah pasti tidak diijinkan juragan.

Bid : hmm…. mari kit acari cara bersama. Bagaimana Joko tidurnya? 

IS : kalau dia kenyang, tidurnya lama Bu.  O iya, coba nanti saya bilang adik saya untuk mengambil ASI perah ke toko ketika Joko tidur.

Bid : baiklah.

IS : terima kasih bu bidan

Bid : semoga lancar ya Bu, asi untuk Joko. Supaya lancar, sebaiknya dilanjutkan belajar memerah di rumah. Seminggu sebelum mulai bekerja, datang lagi ya Bu Sopi dengan adiknya dan dengan Joko. Kita belajar memberi minum ASI perah pakai gelas kecil. Tetap semangat Bu Sopi.

—–

 Pagi ini kubaca ulang naskahku, tetap aku tak merasa yakin naskah ini layak. Semalam, hanya kusimpan saja naskah itu saat kumatikan laptopku. Gamang, kukirimkan juga naskah itu ke imel Bang Pandi. Tentu saja kusertai kode keras padanya untuk utak-atik naskahku karena dia lebih punya banyak pengalaman konseling menyusui. Bergegas aku mandi dan bersiap ke pelatihan hari ini, tidak boleh terlambat.

 Tebet, 16 Maret 2012

Sebelumnya

Selanjutnya

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *