Yayasan Sentra Laktasi Indonesia
Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) berdiri tanggal 17 September 1993 atas prakarsa dr. Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC, FABM dengan misi membantu ibu menyusui

SELASI merupakan organisasi independen yang didedikasikan untuk mengurangi angka kematian bayi, meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak dengan mempromosikan, melindungi dan mendukung praktek pemberian makanan bayi berstandar emas, mulai dari Inisiasi Menyusui Dini, Menyusui Eksklusif 6 bulan, makanan pendamping ASI alami dilanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih.
Dari berbagai upaya penurunan angka kematian bayi, publikasi WHO 2013 menyebutkan pemberian ASI eksklusif dapat mencegah kematian bayi hingga 39%. Sebagaimana tercantum dalam WHA No 55.25 tahun 2002, standar emas makanan bayi adalah:
- Proses menyusui dimulai secepatnya (Inisiasi Menyusu Dini atau IMD),
- Hanya ASI saja (ASI eksklusif) selama 6 bulan,
- Makanan Pendamping ASI berkualitas setelah 6 bulan dan
- ASI diteruskan sampai 2 tahun atau lebih.
Selama lebih dari dua dekade pelayanan SELASI konsisten mendedikasikan layanannya untuk mengurangi angka kematian bayi, meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak dengan mempromosikan, melindungi dan mendukung praktek pemberian makanan bayi berstandar emas, mulai dari Inisiasi Menyusui Dini, Menyusui Eksklusif 6 bulan, makanan pendamping ASI alami setelah 6 bulan, dan dilanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih.
Pelayanan SELASI berkembang seiring perkembangan situasi. Saat pandemi Covid-19 melanda, SELASI mengembangkan pelayanan konseling menyusui secara online yang disebut Telekonseling. Tidak hanya layanan konseling menyusui, SELASI juga mengembangkan pelatihan dan update pengetahuan konselor dan fasilitator secara daring dan selanjutnya kombinasi daring dan luring.
SELASI dalam perjalanan dikenal sebagai lembaga penyelenggara Pelatihan Konseling Menyusui modul 40 jam WHO-UNICEF. Sejak tahun 2004 hingga kini, SELASI telah melatih sebanyak 473 kali dengan jumlah kelulusan konselor sebanyak 4.536 orang yang tersebar di berbagai daerah.
Selain pelatihan untuk konselor dan fasilitator menyusui, SELASI juga menyelenggarakan pelatihan PMBA, pijat laktasi, pijat bayi, dan mengembangkan workshop untuk menjamin pemenuhan keterampilan para Konselor Menyusui dan fasilitator Konselor Menyusui.
Untuk memperkuat pelayanannya SELASI mengembangkan bidang kegiatan sebagai berikut:
- Pelayanan, Pendidikan, dan Pelatihan (Yandiklat),
- Penelitian dan Pengembangan (Litbang),
- Promosi, Advokasi, & Jejaring (ProvokASI), serta
- Pengembangan Usaha (Bagus).
Semoga perjalanan pelayanan SELASI mampu menjadi bagian yang bermakna pemenuhan hak anak mendapatkan ASI dan nutrisi berstandar emas dan berkembangnya generasi emas yang dicita-citakan bersama.
ASI, YES…YES…YES!
VISI KAMI
Negara dan keluarga Indonesia bertanggung jawab atas pemenuhan hak anak mendapatkan ASI dan nutrisi berstandar emas.
MISI KAMI
- Menjadi pusat informasi dan edukasi unggul pemberian makan bayi dan anak PMBA) di Indonesia.
- Mengkampanyekan kepada publik keunggulan ASI, menyusui, PMBA berbahan lokal dan mencegah narasi serta praktik yang memanipulasi manfaat ASI dan PMBA berbahan lokal.
- Menjadi pusat pengembangan teknologi terapan tepat guna di bidang pendidikan dan pelatihan, pelayanan, penelitian, promosi, advokasi dan kolaborasi mengenai menyusui dan ASI.
- Menggerakkan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan pemberian IMD, ASI Ekslusif, MP-ASI keluarga berbahan pangan lokal dan menyusui sampai dua tahun secara konsisten dan berkelanjutan.
- Menggalang kerjasama nasional dan internasional untuk peningkatan penggunaan ASI dan PMBA berbahan pangan lokal.
- Memfasilitasi fasilitas pelayanan kesehatan yang hendak mengimplementasikan 10 LMKM.
Sejarah Singkat
Berangkat dari keprihatinan ini, dr. Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC, FABM yang secara konsisten menyuarakan pentingnya pemberian ASI di awal kehidupan bayi, berinisiatif membentuk yayasan yang khusus menangani masalah ASI ini. Beliau sangat yakin bahwa rendahnya keberhasilan pemberian makanan bayi berstandar emas ini salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan para orang tua bayi dan keluarga.
Untuk mewujudkan keyakinannya, dr. Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC, FABM sebagai pendiri utama mengajak tokoh dan individu yang memiliki kepedulian yang sama sebagai co-founders yayasan. Mereka terdiri dari: dr. Abdullah Cholil,MPH., Ir. Arifin Panigoro, dr. Ernanti Wahyurini, MSc, dr. Dini Latief,MSc, dr. Lenggang Kentjana, MARS, dr, Nafsiah Mboi,SpA., Drs. Yoseph Gustama, dan Ir. Yani Trisnawati,MM.
Co-founders:
- Abdullah Cholil,MPH.
- Arifin Panigoro
- Ernanti Wahyurini, MSc.
- Dini Latief,MSc.
- Lenggang Kentjana, MARS.
- dr, Nafsiah Mboi,SpA.
- Yoseph Gustama
- Yani Trisnawati,MM.
Peresmian Yayasan Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) bertepatan dengan Pekan ASI Dunia oleh Menteri Kesehatan RI Dr. Ahmad Suyudi dan Menteri Negara Peranan Wanita Sri Rejeki SH pada tanggal 8 Agustus 2003. Yayasan Sentra Laktasi Indonesia secara resmi berbadan hukum dengan Akta No. 41 pada tanggal 23 April 2004 dengan Notaris Ny. Sri Amini Miadji, SH.
Di awal pendiriannya SELASI menjalankan kegiatan sebagai berikut.
- Menggerakkan dan memotivasi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan pemberian dan penggunaan Air Susu Ibu atau ASI secara konsisten dan berkelanjutan;
- Menyediakan dan memberikan informasi tentang pelayanan dan tata cara pemberian Air Susu Ibu melalui pengadaan edukasi, pelatihan, publikasi, seminar, workshop;
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan informasi mengenai Air Susu Ibu dengan menggalang kerjasama sekaligus mencegah upaya-upaya yang bermaksud memanipulasi kebaikan dan manfaat pemberian Air Susu Ibu;
- Menggalang kerjasama nasional dan internasional untuk peningkatan penggunaan Air Susu Ibu;
- Melakukan pelatihan-pelatihan dalam bidang pemberian Air Susu Ibu sesuai Tingkat kebutuhan, seperti pada perawat, bidan, konselor laktasi, peer edukator;
- Memfasilitasi bagi rumah sakit yang hendak dijadikan Rumah Sakit Sayang Bayi dan/atau mendidik dan membantu pembentukan Tim Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu di rumah sakit atau di lingkungan kerja;
- Melakukan pengkajian-pengkajian dan juga mengumpulkan hasil kajian-kajian institusi terkait Air Susu Ibu, baik luar dan dalam negeri untuk keperluan peningkatan pemberian dan penggunaan Air Susu Ibu di Indonesia.
Kegiatan di atas dilakukan untuk menjawab kondisi kondisi Kesehatan bayi saat itu. Pada tahun 2003, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih 35 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan bahwa dari setiap 1.000 bayi yang lahir hidup, 35 di antaranya meninggal sebelum usia 1 tahun (data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Sepuluh tahun kemudian, tahun 2014 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menjadi 5,82 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Dua puluh tahun kemudian, tahun 2024 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menjadi 3,9 per 1.000 kelahiran hidup.
Sementara Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2003 mencapai 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 AKI tercatat 359 per 100.000 kelahiran hidup. tahun 2024 ditargetkan 183 per 100.000 kelahiran hidup
Di awal pendirian SELASI, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 33,8%. Pada tahun 2014, angka prevalensi stunting justru meningkat menjadi 37% dan sejak saat itu ada upaya yang signifikan untuk menurunkan angka stunting tersebut. Hasilnya, pada tahun 2019 angka stunting berhasil ditekan hingga 27,6%, dan tahun 2024 angka stunting turun lagi menjadi 19,8%. Angka ini masih di bawah target 14% yang ditetapkan pemerintah.
Bagaimana dengan tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2003? Saat itu, tingkat pemberian ASI eksklusif baru sekitar 39,5%. Lalu, pada tahun 2014, angka cakupan ASI eksklusif mencapai 52,3%. Ini berarti dari 100 bayi usia 0-6 bulan, sekitar 52,3% di antaranya mendapatkan ASI eksklusif. Pada tahun 2024, cakupan ASI eksklusif telah meningkat menjadi sekitar 74,73%. Angka ini masih di bawah target 80% yang ditetapkan pemerintah. Pemberian ASI eksklusif lebih tinggi pada ibu yang tidak bekerja, yaitu 76,06%.
Perkembangan capaian indikator-indikator di atas yang menjadi dasar partisipasi dan pelayanan SELASI dapat digambarkan sebagai berikut.

Dari gambaran data tersebut, patut disyukuri bahwa terdapat perbaikan kondisi secara nasional. Tentu sesuai dengan niat pendiriannya, SELASI akan terus berpartisipasi mempertahankan yang sudah baik, meningkatkan yang masih perlu dikejar, dan mencegah kondisi serupa terulang lagi. Bentuk dan target pelayanan SELASI tentu harus dikembangkan mengikuti perkembangan teknologi dan isu kesehatan ibu dan bayi.
Daftar Menjadi Relawan SELASI
Dengan bergabung menjadi relawan SELASI, Anda dapat membantu memberikan penyuluhan tentang menyusui dan berpartisipasi meningkatkan kualitas manajemen laktasi untuk Ibu-ibu di seluruh Indonesia.
Rekam jejak SELASI sejak awal hingga saat ini
Konselor
Batch Pelatihan
Fasilitator
Ribuan konselor telah dilatih menjadi konselor menyusui yang kompeten dan berintegritas
Para konselor ini melakukan kajian mandiri untuk memantau kompetensi masing-masing dan secara berkala diadakan supervisi suportif bersama tim fasilitator. Selain kegiatan pelatihan, SELASI memiliki aktivitas pelayanan bantuan menyusui di Puskemas Tebet, Rumah Menyusui di RSIA Budi Kemuliaan, dan sedang mengembangkan layanan serupa bekerjasama dengan fasilitas kesehatan di Jakarta. Kegiatan penelitian dan advokasi menyusui pun senantiasa kami giatkan, saat ini SELASI mendapat kepercayaan mengerjakan riset PEER Health-USAID dan PPKUI, serta terlibat aktif dalam penyusunan peraturan terkait menyusui atas permintaan pemerintah pusat maupun daerah di Indonesia.