Oleh : Winny Nizia
Dalam proses menyusui terdapat 2 hormon dominan yang bekerja. Yang pertama “Hormon Prolaktin’, yang bertugas sebagai penghasil asi, menjadi pabrik pembuatan asi dimulai ibu memasuki usia kehamilan trimester ke 2, selanjutnya semakin aktif bekerja saat plasenta terlepas dari rahim setelah persalinan.
Lalu, yang kedua adalah ‘Hormon Oksitosin’ yang dibuat oleh otak, demi merangsang kontraksi kelenjar di payudara yang berfungsi mengalirkan serta mengeluarkan asi.
Menariknya, Hormon Oksitosin ini akan bekerja giat. Saat seorang ibu merasa penuh cinta sehingga berdampak juga memberi cinta pada manusia lain, salah satunya yaitu bayi yang sedang disusui.
Ibu yang tenang, rileks, mendapat dukungan orang-orang terdekat terutama ayah bayi, akan mengalirkan asi yang lancar karena hormon oksitosinnya menjadi sehat. Sebaliknya, ibu yang depresi dan tidak didukung, akan mengalami hal yang sering dianggap ‘asi kurang’. Karena mayoritas dari ibu yang merasa atau mengeluhkan kurangnya asi, masalahnya ada di psikologis ibu.
Oleh karena itu, seorang konselor yang mendampingi, akan hadir untuk menjadi teman yang mendengarkan dan memberi bantuan pada ibu.
Hormon oksitosin akan efektif jika ibu bahagia. Melakukan apa yang ibu suka, atau terisi tangki cinta juga kebutuhan dirinya. Sehingga asi yang teralirkan akan lebih lancar bagi bayi.
Jadi, Oksitosin ini sangat penting bagi kegiatan menyusui. Karena oksitosin adalah akibat dari cinta, yang juga menyebabkan cinta baru, berkali lipat bagi ini bayi.
Yuk, kita sayangi ibu, sehingga hormon oksitosin ibu menjadi lancar, dan ibu bisa menyusui bayi dengan lebih berbinar-binar.
Yayasan Sentra Laktasi Indonesia
Jl. Guru Muhyin No.100, RT.6/RW.2, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12610
Website : selasi.or.id
Sosial Media : Facebook, Instagram